RS Daerah Kekurangan Dokter, Warga Desa Jadi Korban

RS Daerah Kekurangan Dokter, Warga Desa Jadi Korban

Dokter masih menjadi kebutuhan mendesak di berbagai rumah sakit daerah, terutama yang berada jauh dari pusat kota. Kekurangan tenaga medis membuat layanan kesehatan di desa-desa terpencil terhambat. Banyak pasien yang harus menunggu berhari-hari untuk mendapat penanganan atau bahkan terpaksa di rujuk ke kota besar karena tidak ada tenaga ahli. Sementara itu, kondisi geografis dan keterbatasan transportasi memperburuk akses masyarakat terhadap layanan medis. Dalam banyak kasus, warga harus menempuh perjalanan panjang hanya untuk memeriksa kesehatan dasar. Jika kondisi ini terus berlanjut, risiko kematian akibat penyakit yang sebenarnya dapat di cegah akan semakin tinggi.

Fasilitas yang tidak memadai turut memperburuk situasi. Kurangnya alat, obat, serta infrastruktur membuat rumah sakit tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar warga. Sebagian besar dokter memilih bekerja di kota karena fasilitas lebih lengkap, gaji memadai, dan jenjang karier yang lebih jelas. Akibatnya, distribusi tenaga medis menjadi timpang.

Ribuan Pasien Gagal Mendapat Layanan Tepat Waktu

Di beberapa kabupaten, antrean pasien di rumah sakit milik pemerintah mencapai angka yang mengkhawatirkan. Rata-rata pasien harus menunggu dua hingga tiga hari untuk bertemu tenaga medis, khususnya spesialis. Beberapa kasus darurat bahkan tidak dapat tertangani dengan cepat, yang berujung pada komplikasi. Kondisi ini menggambarkan betapa timpangnya sistem distribusi tenaga kesehatan di Indonesia.

Pemerintah pusat memang sudah berupaya membentuk program penempatan wajib kerja dokter, namun pelaksanaannya belum konsisten. Banyak laporan menyebutkan tenaga medis yang di tempatkan di daerah hanya bertugas sementara dan tidak menetap. Hal ini menyebabkan keberlanjutan layanan tidak terjamin. Di sisi lain, insentif dan jaminan keamanan kerja masih belum cukup menarik bagi mereka yang di tugaskan ke lokasi terpencil.

Sejumlah akademisi menyarankan strategi jangka panjang, mulai dari perbaikan sistem rekrutmen hingga peningkatan fasilitas dan tunjangan di wilayah terpencil. Pihak kampus juga di harapkan memperkuat pendidikan kedokteran yang berbasis pada kebutuhan komunitas. Jika tidak segera di tangani, persoalan ini akan terus melahirkan ketimpangan layanan kesehatan antara kota dan desa, serta memperpanjang derita warga yang seharusnya bisa mendapat perawatan memadai tanpa harus berpindah tempat.

Similar Posts